NAMA : MATIRAH
NIM : 301 13 11 065
KELAS : 4AK3
PERILAKU
ORGANISASI
(PERSEPSI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDUAL)
A.
Pengertian Persepsi
Secara etimologi persepsi berasal dari
bahasa latin perceptioyang berarti menerima atau mengambil.
Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir,
dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.
Menurut Stephen P. Robbins (1998),
persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap
kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut Fred Luthans
(1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang
rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan
menurut Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan
interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Nugroho J. Setiadi (2003),
Faktor yang mempengaruhi persepsi adalah penglihatan dan sasaran yang diterima
dan dimana situasi persepsi terjadi penglihatan.
Tanggapan yang timbul atas rangsangan
akan dipengaruhi sifat-sifat individu yang melihatnya,, sifat yang dapat
mempengaruhi persepsi yaitu :
1. Sikap
Sikap
yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan
seseorang.
2. Motivasi
Motif merupakan hal yang mendorong
seseorang mendasari sikap tindakan yang dilakukannya.
3. Minat
Merupakan
faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek
tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap objek
tersebut.
4. Pengalaman
masa lalu
Dapat
mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik kesimpulan
yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.
5. Harapan
Mempengaruhi
persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan cenderung menolak
gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
6. Sasaran
Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan
yang akhirnhya akan mempengaruhi persepsi.
7. Situasi
Situasi
atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut
mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam
situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.
C.
Proses Persepsi
Proses terjadinya persepsi meliputi :
1) Proses
Fisis
Dimana
objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera.
2) Proses
Fisiologis
Stimulus yang diterima alat indera
kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak.
3) Proses Psikologis
Terjadi
proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia terima
dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima.
D.
Persepsi Konsumen
Persepsi konsumen adalah proses dimana
seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan
untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins, 1998) . persepsi konsumen
ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen karena perilaku konsumen
didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan
itu sendiri. Menurut shiffman dan kanuk (1997) persepsi akan sesuatu
berasal dari interaksi antara dua jenis faktor :
1. Faktor
stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau
bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu
menciptakan suatu rangsangan pada indra manusian, sehingga mampu menciptakan
sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.
2. Faktor
individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan
tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan
dari individu itu sendiri.
Dalam persepsi seseorang juga melalui
proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang memilih dan menentukan
marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam kebutuhan, keinginan
dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang. Menurut
Shiffman dan Kanuk (2000) dalam seleksi ada proses yang disebut selective
perception concept. Adapun selective selective perception concept,
yaitu :
1. Selective
Exposure
Konsumen secara efektif mencari pesan
menemukan kesenangan atau simpati mereka secara aktif menghindari kesakitan
atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif membuka diri mereka kepada
iklan-ikaln yang menentramkan hati mereka mengenai kebijaksanaan tentang
kepuasaan pembeliannya.
2. Selective
Attention
Konsumen mengadakan transaksi pemilihan
yang bagus dengan tujuan perhatian mereka berikan pada rangsangan komersial.
Mereka mempunyai kesadaran tinggi terhadap rangsangan yang sesuai dengan minat
dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin untuk mengingat iklan untuk prodek
yang dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan yang tidak mereka
butuhkan.
3. Perceptual
Defense
Konsumen secara bawah sadar menyaring
rangsangan yang mereka temukan ancaman psikological, meskipun telah terdapat
pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya rangsangan yang merusak mungkin lebih
sedikit diterima secara sadar daripada rangsangan netral pada level pembukaan yang
sama.
4. Perceptual
Blocking
Konsumen melindungi diri mereka dari
rangsangan-rangsangan yang mereka anggap negatif dan mempunyai pengaruh buruk
bagi diri mereka.
E.
Karakteristik Seseorang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Robbins (1998) persepsi
dapat dipengaruhi oleh karakter seseorang. Karakter tersebut dipengaruhi oleh :
1. Attitudes
Dua individu yang sama, tetapi
mengartikan sesuatu yang dilihat itu berbeda satu dengan yang lain.
2. Motives
Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang
mendorong individu dan mungkin memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi
mereka.
3. Interests
Fokus dari perhatian kita sepertinya
dipengaruhi oleh minat kita, karena minat seseorang berbeda satu dengan yang
lain. Apa yang diperhatikan oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda
satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu situasi bisa
berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain.
4. Experiences
Fokus dari karakter individu yang
berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti minat atau interest individu.
Seseorang individu merasakan pengalaman masa lalu pada sesuatu yang individu
tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang.
5. Expectations
Ekspektasi bisa mengubah persepsi
individu dimana individu tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari
apa yang terjadi sekarang.
F.
Pengertian Perilaku Konsumen
Sukses atau tidaknya suatu produk
dipasaran, sangat dipengaruhi oleh bagaimana produk diterima oleh konsumen.
Tentunya produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yang akan dibeli dan
konsumsi oleh konsumen.
Menurut Husein Umar (2003) pengertian
perilaku konsumen adalah tindakan yang terlibat dalam mendapatkan mengkomsumsi
dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusul tindakan. Sedangkan menurut Peter J. Paul dan Olson (2000)
mendefinisikan perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan
kognisi, perilaku dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek
pertukaran dalam hidup mereka. Menurut Bilson Simamora (2004) perilaku konsumen
adalah proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000)
mengemukakan perilaku konsumen yang sangat bervariatif, yaitu:
1. Konsumen
mencari resiko (Consumers Seek Information)
Konsumen mencari informasi mengenai
produk dan kategori produk melalui komunikasi kata melalui mulut atau yang
biasa disebut dengan word of mouth, bail dari teman, keluarga, orang lain,
tenaga penjual, dan dari media umum. Mereka menyimpan lebih banyak waktu untuk
berpikir tentang pilihan mereka dan mencari lebih banyak informasi tentang
alternatif produk ketika mereka menghubungkan tingkat resiko yang tinggi dengan
pembelian.
2. Konsumen
adalah setia terhadap merek (Consumers are Brand Loyal)
Konsumen menghindari resiko dengan tetap
setia pada satu merek baru atau merek-merek yang belum pernah mereka coba.
Penerima resiko yang tinggi mungkin menjadi lebih setia pada merek-merek lama dan
mungkin sedikit untuk membeli produk-produk baru yang diperkenalkan.
3. Konsumen
memilih melalui kesan terhadap merek (Consumers Select by Brand Image)
Konsumen sering berpikir bahwa merek
yang terkenal lebih baik dan cukup baik sebagai jaminan secara tidak langsung
mengani kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan hasil dan pelayanannya. Usaha
promosi pemasar menambah kualitas yang diterima dari produk-produk mereka dapat
menolong untuk membangun dan menyokong kesan merek yang baik.
4. Konsumen mengandalkan
kesan toko (Consumers Rely on store Image)
Jika konsumen tidak memiliki informasi
lain tentang produk, mereka sering percaya pada penilaian terhadap pembeli
barang dagangan dari toko yang mempunyai nama baik dan bergantung ada merek
untuk membuat keputusan-keputusan yang hati-hati dalam memilih produk untuk
dijual kembali. Kesan toko juga memberi implikasi dari percobaan produk dan
jaminan pelayanan, hak pengembalian dan penyesuaian diri dalam kasus
ketidakpuasaan.
5. Konsumen
membeli produk yang paling mahal (Consumers buy the most expensive model)
Ketika dalam keragu-raguan, konsumen
dapat merasa kalua produk yang paling mahal mungkin yang terbaik dalam
hubungannya dengan kualitas, yaitu mereka menyamakan harga dengan kualitas.
6. Konsumen
mencari kepastian (Consumers Seek Reassurance)
Konsumen yang tidak tahu dalam membuat
keputusan dalam memilih produk cenderung untuk mencari kepastian melalui
garansi uang kembali, pemerintah dan hasil tes laboraturium sendiri.
G.
Persepsi
dan Keputusan Pembelian
Menurut Dowling (1986) (dalam
Ferrinadewi 2008) persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi
negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil yang
negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata. Hal ini merupakan
masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang
tidak pasti misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru. Berbagai
penelitiann berhasil dilakukan oleh beberapa ahli dan hasilnya dirangkum oleh
Mowen dan Minor (2001) :
1) Resiko
keuangan, resiko yang hasilnya akan merugikan konsumen secara keuangan.
2) Resiko
kinerja, resiko bahwa produk tidak akan memberika kinerja yang diharapkan.
3) Resiko
fisik, resiko bahwa produk secara fisik akan melukai konsumen.
4) Resiko
psikologis, resiko bahwa produk akan menurunkan citra diri konsumen.
5) Resiko
sosial, resiko bahwa lingkungan sekitar akan mengejek pembelian produk.
6) Resiko
waktu, resiko bahwa sebuah keputusan akan menghabiskan banyak waktu.
7) Opportunity
Loss, resiko bahwa dengan melakukan sebuah tindakan konsumen akan merasa rugi
jika melakukan hal lin yang benar-benar ingin ia lakukan.
Dapat disimpulkan bahwa ketika konsumen
menerima stimuli :
a) Harga
produk yang sangat mahal
b) Penilaian
orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh
c) Ancaman
fisik, psikologi, maupun sosial yang besr akibat pemakaian produk
d) Konsekuensi
untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai
e) Hasil
pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa
produk tersebut berisko atau persepsi terhadap resikonya tinggi.
H.
Definisi keputusan dalam organisasi.
Keputusan adalah suatu pemutusan atau
pengakhiran dari pada suatu proses pemikiran tentang suatu masalah atau
problem, untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi
masalah tersebut, dengan menjadikan pilihan pada salah satu alternative
tertentu. Atmosudirsjo S Prajudi(1982:87).
Setelah pengertian keputusan disampaikan,
perlu pula diikuti dengan pengertian tentang “pengambilan
keputusan”. Beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan menurut
beberapa buku :
1. Pengambilan keputusan yaitu hal yang
dilakukan oleh ketua dalam suatu kegiatan yang dilakukan dalam organisasi untuk
mengambil suatu tindakan atau pilihan yang harus dilakukan yang akan
menghasilkan keputusan untuk kebaikan bersama (stephen P.Robbins: manajemen).
2. pengambilan
keputusan yaitu proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah dalam organisasi. J. Salusu (1966:47).
Pengambilan keputusan
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun organisasi.
Mengambil keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit sekali.
Kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya
alternatif yang tersedia. Semakin banyak alternatif yang tersedia, kita akan
semakin sulit dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil memiliki
tingkatan yang berbeda-beda. Ada keputusan yang tidak terlalu berpengaruh
terhadap organisasi, tetapi ada keputusan yang dapat menentukan kelangsungan
hidup organisasi. Oleh karena itu, hendaknya mengambil keputusan dengan
hati-hati dan bijaksana.
I.
Jenis-jenis Keputusan Organisasi.
Secara umum keputusan dibedakan menjadi
2 keputusan yang diprogramkan (program decision)melibatkan
masalah-masalah yang sederhana, umum, dan kerap terjadi dimana solusinya telah
ditentukan sebelumnya. dan keputusan yang
tidak diprogramkan (non-programmed decision) masalah-masalah lain yang lebih
rumit.Louis E Boone dan David L. Kurtz (2007 : 394).
Jenis keputusan dibagi menjadi tiga macam
:
1.
Keputusan terstruktur adalah keputusan
yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat rutin.
2. Keputusan
semiterstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat sebagai keputusan dapat
ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil
keputusan.
3.
Keputusan tak terstruktur adalah keputusan
yang penangananya rumit, karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak sengaja
terjadi.
J.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Kondisi/kedudukan.
Dalam kerangka pengambilan keputusan,
posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut :
A. Letak
posisi; dalam hal ini apakah is sebagai pembuat keputusan (decision
maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah
staf (staffer).
B. Tingkatan
posisi; dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan,
organisasional, operasional, teknis.
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang
menjadi peng-halang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan
daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus
diselesaikan.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor
dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama
memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor itu dapat dibedakan atas
dua, yaitu sebagai berikut :
A. Faktor-faktor
yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah
atau tetap keadaanya.
B. Faktor-faktor
yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang
sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi
adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut
merupakan sumber daya-sumber daya.
5.
Tujuan.
Tujuan
yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan
organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/ telah ditentukan.
Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara
atau objective.
.
DAFTAR PUSTAKA
Bilson Simamora. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku
Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran.
Cetakan Kedua. Jakarta: Prenata Media.
Stephen P. Robbins, Organizational
Behavior, Prentice Hall Internasional Inc. 1998. New Jersey, New
York.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset
Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia
tanggal 14-03-2015
r337n6hjupo737 male sex dolls,adult sex toys,prostate massagers,cheap sex toys,vibrators,dog dildo,dog dildos,women sex toys,wholesale sex doll a574i9jdcoj109
BalasHapus